Buku ‘Guru Sejati dan Muridnya’ : Pengantar Penerjemah

Cover 'Guru Sejati dan Muridnya'

Bayangkanlah diri Anda sebagai seorang yang telah lelah dan jenuh mencari makna kehidupan di dunia ini. Bayangkan diri Anda yang jemu melihat dunia ini hanya sebagai tarikan-tarikan persoalan senang dan sedih, berhasil dan gagal, mendapatkan keuntungan dan kebahagiaan; demikian pula dengan berbagai tekanan kehidupan, hantaman kesedihan dan terpaan penderitaan. Anda, tanpa menyadarinya, telah terbawa tanpa daya oleh pusaran kehidupan dunia: kelahiran, dibentuk oleh orangtua dan lingkungan, bersekolah, berkeluarga, bekerja dan mengejar karir, mendidik anak, dan seterusnya.

Pada suatu titik Anda tersadar, apa makna dari semuanya ini. Apakah kehidupan hanyalah sekadar pergantian episode senang dan sedih, baik dan buruk, hingga datang saat kematian kelak? Apakah benar-benar tidak ada makna yang lebih hakiki daripada sekadar mencoba menggapai kesuksesan, memiliki pendapatan yang cukup untuk hidup senang dan mempersiapkan bekal pendidikan anak-anak? Bukankah itu berarti bahwa kita juga hanya mengarahkan anak-anak kita menuju pengulangan-pengulangan tanpa makna yang persis sama dengan yang kita jalani? Sebuah rutinitas kehidupan yang juga akan memerangkap mereka, sama seperti kita yang telah terperangkap di dalamnya.

Bayangkan ketika Anda tersadar bahwa ‘agama’ yang selama ini diajarkan pada Anda hanyalah ritual tanpa makna batin. Bahwa agama seakan-akan hanyalah seleksi untuk memasuki surga atau neraka berdasarkan banyaknya pahala. Buku-buku yang Anda baca semuanya langsung menjelaskan cara, tanpa bisa menerangkan landasan yang paling fundamental: Apa arti semua ini sebenarnya? Apakah kehidupan akan sedangkal ini, hingga hari kematian kelak? Didiktekan kepada Anda bahwa manusia diciptakan untuk beribadah, tapi beribadah yang seperti apa? Bisakah Anda tekun melaksanakan ibadah tanpa sedikit pun memahami maknanya?

Bayangkan ketika Anda mulai berani jujur pada diri sendiri, bahwa kitab suci yang ketika Anda mencoba membacanya terasa abstrak, acak dan tak terjangkau maknanya. Anda mulai bertanya-tanya, ketika kitab suci memanggil ‘Wahai orang-orang yang beriman..’, benarkah Anda termasuk di dalamnya? Apa yang bisa membuktikannya? Dan Anda mulai tidak lagi merasa yakin bahwa Anda tidak termasuk ke dalam kaum yang disebutkan di sana, ketika kitab suci berbicara tentang golongan manusia yang tersesat.

Maka Anda pun mulai mencari panutan, orang yang dapat Anda jadikan pembimbing kehidupan Anda. Mulailah Anda mengikuti pengajian ini dan itu. Memaksakan diri untuk meraih serpihan makna yang mungkin terserak di dalamnya. Tapi ternyata, setelah sekian lama, Anda tidak juga memperolehnya.

Pada satu titik, ada hujaman pertanyaan yang mendobrak keluar dari kepala Anda: mengapa kata ‘Islam’ lebih banyak disebutkan daripada kata ‘Allah’? Mengapa semuanya hanya diatasnamakan ‘demi Islam’, dan bukan ‘demi Allah’? Mengapa semua hanya mengingat ‘Islam’, dan seakan melupakan Allah? Di mana Allah? Akhirnya Anda mulai merindukan hakikat.

Dalam keputusasaan, ketika kehampaan hidup yang demikian getir tak bermakna terasa begitu menusuk, Anda bersujud dan menangis. Anda berdoa penuh harap pada-Nya, pada Dia yang Anda percaya bahwa Dia Maha Mendengar. Anda panjatkan doa bahwa Anda membutuhkan-Nya, bahwa Anda menginginkan pemahaman akan arti ini semua. Anda memohon untuk ditunjukkan jalan pulang, untuk kembali kepada-Nya. Anda merasa tidak mengerti apa-apa tentang Allah, Tuhan yang seharusnya Anda sembah. Anda merasa hanya secara mekanistik berlaku menyembah sesuatu yang belum Anda pahami. Hanya setitik harapan yang menjadi setitik benih permohonan Anda, seberkas keyakinan bahwa Dia Maha Mendengar doa Anda. Setitik harapan bahwa kelak Dia akan bersedia mengajarkan pada Anda, membuka diri-Nya mengenai siapa Dia sebenarnya.

Di bawah rahmat-Nya, dengan pertolongan-Nya, tanpa Anda sadari, Anda mulai ditunjuki-Nya. Pada suatu hari, dipertemukan-Nya Anda dengan seseorang yang memahami sepenuhnya apa yang sedang dan pernah Anda lalui, tanpa Anda bercerita sepatah kata pun. Dengan caranya, ia membuat Anda paham bahwa tidak ada yang salah dalam kehidupan Anda selama ini. Ia menjelaskan bahwa semua kegagalan dan kegelisahan ini hanyalah semata-mata sebuah panggilan sayang dari-Nya kepada Anda, supaya Anda tersadar bahwa Anda kini telah melupakan hakikat makna kehidupan Anda, sehingga tersesat menjauh dari jalan lurus-Nya. Semuanya hanyalah undangan-Nya supaya Anda kembali menyadari kehadiran nafs, diri yang lebih sejati dalam diri Anda, dan supaya Anda kembali mencari jalan pulang.

Sedikit demi sedikit, semakin lama Anda tidak bisa memungkiri perasaan bahwa dia mengetahui dan memahami segalanya tentang diri Anda, juga tentang seluruh kehidupan Anda. Anda tidak bisa lagi memungkiri bahwa pengajarannya terasa sangat menyegarkan bagi sesuatu yang ada jauh di dalam diri Anda, entah apa namanya. Dengan penuh kehati-hatian, sedikit demi sedikit, hati Anda mulai percaya padanya. Lambat laun keinginan Anda untuk berguru padanya semakin tumbuh kokoh dalam diri, demi setitik pengetahuan tentang seruas jalan setapak untuk pulang menuju Allah.

Dan akhirnya, pada saatnya Anda telah matang dan siap, ia membuka dirinya, mengatakan siapa dia sebenarnya. Allah sendirilah yang telah mengantar Anda untuk bertemu dengannya di suatu titik dalam kehidupan Anda, dan sudah menjadi tugasnyalah untuk menjemput Anda dan mengantar Anda pulang kembali pada-Nya. Dia telah menerima tugas Allah untuk membimbing orang-orang yang rindu akan jalan taubat untuk pulang kepada-Nya, sebagai seseorang yang Allah telah memberinya tugas kelahiran sebagai seorang mursyid, seorang pembimbing yang atas izin Allah telah diberi-Nya kemampuan hakiki untuk menunjukkan jalan menuju Allah Ta‘ala.

Sekarang, dari sekian banyak orang yang datang menemuinya untuk segala macam keperluan, bayangkanlah bahwa Anda merupakan salah satu dari sekelompok kecil orang yang diizinkan Allah untuk menjadi muridnya, sebagai bagian dari sedikit orang yang menjalani setiap aspek kehidupan langsung di bawah tuntunan dan bimbingan seorang Guru, demi membangun sebuah kerangka pertaubatan dan pengabdian kepada Allah Ta‘ala.

Buku ini, yang ada di hadapan Anda, merupakan salinan dari kata-kata seorang mursyid sejati, seorang Guru (dengan G kapital) yang memiliki tugas kelahiran dari Allah sebagai seorang pembimbing, yang telah Allah beri kemampuan hakiki untuk menunjukkan setapak jalan taubat untuk pulang menuju Allah Ta‘ala.

Inilah salinan dari kata-katanya yang disampaikan kepada sekelompok kecil murid-muridnya. Di dalamnya dijelaskan cara seorang Guru Sejati dalam membimbing murid-muridnya untuk mengenal jiwanya sendiri, sebagai langkah awal untuk berjalan menuju Allah*. Di dalamnya juga dijelaskan bagaimana seorang salik (penempuh jalan taubat) harus bersikap dalam rangka mendidik dan mendisiplinkan dirinya sendiri. Di dalamnya juga diisyaratkan tentang berbagai rintangan yang harus dihadapi selama menempuh perjalanan.

Bagi Anda yang beruntung, yang telah dipertemukan Allah dengan seorang mursyid hakiki dalam kehidupan, buku ini akan membantu Anda dalam memahami fenomena-fenomena yang muncul dalam pembimbingan seorang mursyid terhadap murid-muridnya. Dan bagi Anda yang belum memilikinya, ataupun berharap suatu saat Allah mempertemukan Anda dengan seorang mursyid sejati, maka buku ini dapat menjawab keingintahuan Anda mengenai apa yang terjadi di seputar interaksi antara seorang Guru Sejati dengan murid-muridnya.

*******

Tidak mudah menerjemahkan kata-kata dari seseorang yang berada dalam tingkatan nafs rahmaniyyah, Bawa Muhaiyaddeen, yang oleh penerjemah pertama (dari bahasa Tamil ke dalam bahasa Inggris), Dr dan Mrs. Ganesan, dikatakan bahwa kalimat-kalimat bahasa Tamilnya mungkin lebih indah dari seorang Shakespeare seandainya dia berbahasa Tamil. Apalagi bagi saya yang bukan berangkat sebagai penerjemah profesional, melainkan hanya dilatarbelakangi sebuah niat agar teman-teman bisa turut membaca dan menikmati kesegarannya.

Dalam proses penerjemahan, saya sedikit banyak memahami kesulitan para penerjemah pertama (dari bahasa Tamil), bahwa bagian yang teramat sulit adalah bagaimana menjaga ‘rasa’ dan makna esensial dari kalimat-kalimatnya agar tidak lenyap dalam proses peralihan bahasa, ditambah lagi bahwa buku di hadapan Anda ini merupakan hasil proses peralihan bahasa yang kedua (dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia). Hampir semua buku beliau merupakan salinan dari kata-katanya yang diucapkan secara lisan yang dipindahkan ke dalam bentuk tulisan. Di sisi lain, saya sedapat mungkin berusaha menghindari istilah-istilah yang rumit, dan sebisa mungkin menggunakan struktur bahasa maupun istilah yang sederhana dan mudah dipahami.

*******

Dalam kesempatan ini pula, walaupun bukan saya yang mengarang buku ini, sebagai tanda terima kasih, pertama-tama saya ingin mempersembahkan penerjemahan buku ini kepada seorang bapak sepuh di wilayah peraduan matahari barat khatulistiwa, yang tentu saja sama sekali bukan tanda terima kasih yang layak baginya. Sesempurna- sempurnanya tanda terima kasih yang layak dipersembahkan bagi Beliau, adalah ketika sang anak telah berhasil berjuang untuk mengenal Diri Sejatinya, ketika sang anak berhasil memahami sepenuhnya mengenai apa yang telah ditetapkan Allah sebagai tugas kelahirannya, ketika perjuangan seorang anak melawan dirinya sendiri telah ‘membuat-Nya percaya’ untuk menyematkan secercah api kesucian di dalam dada. Karena saya masih sangat jauh dari meraih pengenalan diri, inilah persembahan kecil saya bagi beliau yang dapat saya bawakan.

Yang kedua adalah untuk keluarga Depok tercinta, bagi tuan rumah beserta sang istri, juga sang adik serta adik iparnya, juga dua orang mentor kami di sana, yang telah menyediakan surga mungil tempat tinggal mereka menjadi tempat kami berkumpul dan mengaji, shalat berjamaah di akhir malam, ditambah dengan segala macam makanan dan minuman, whiteboard dan spidolnya, memfasilitasi kami serta membiarkan kami menyita malam-malam istirahat dan waktu untuk keluarga mereka, menerima segala pertanyaan dan keluh-kesah kami selama bertahun-tahun semenjak awal sekali kami mengikuti kajian-kajian hingga sekarang, pada saat penerjemahan buku ini dimulai.

Tidak lupa, juga untuk belahan jiwa sejatiku tersayang, sang kembaran sayapku, semoga kita berdua semakin dikaruniai-Nya pemahaman bahwa hanya ketika sepasang sayap mengepak serentak dan bersama-samalah kita dapat terbang melintasi batas cakrawala, terbang menuju-Nya, untuk sujud berkenalan dengan-Nya.

Untuk semua saudara-saudaraku tercinta, saya persembahkan sekeping kecil pecahan kaca ini untuk melengkapi kerangka sebuah cermin agung yang sedang kita bangun bersama-sama, agar citra agung nama-nama-Nya dapat terpantul di permukaannya.

Untuk ibunda tercinta, atas segala bentuk pengorbanannya yang tak terkira bagi anaknya yang selalu membuat masalah dan tak tahu terima kasih ini. Tidak akan pernah saya mampu mengembalikan segala pengorbanan maupun curahan kasih sayangnya. Semoga Allah-lah yang menyayangi Ibu dengan limpahan cinta sejati-Nya yang Maha Agung.

Semoga Dia, Sang Maha Pemberi Rahmat dan Berkah berkenan menjadikan itu semua sebagai amal shalih kita, yang membuat-Nya merasa percaya untuk menyingkapkan sedikit cadar wajah-Nya yang Mahasuci pada kita semua.

Jakarta,

20 Ramadhan 1423 H,
24 November 2002 M,

Penerjemah,

Herry Mardian


*) Perhatikan hadits yang termasyhur di kalangan penempuh jalan menuju Allah, “Man ‘arafa nafsahu, faqad ‘arafa Rabbahu.” Siapa yang ‘arif (sepenuhnya telah memahami) tentang nafs (jiwa)-nya sendiri, maka ia akan ‘arif pula tentang Rabb-nya.

Juga kata-kata sahabat Ali r.a, “Awaluddiina ma’rifatulLah.” Awalnya ad-diin (agama) adalah ‘arif tentang Allah.

Kalo kehabisan buku ini, bisa pesan lewat:

apuy, di http://www.tokobukusobari.blogsome.com, apuythea@gmail.com, hp/sms +62-856-240-67-250

Irene, (022)730-19-19; hp/sms +62-812-2325-192

59 thoughts on “Buku ‘Guru Sejati dan Muridnya’ : Pengantar Penerjemah

  1. Bersuluk sebenarnya tidak tepat jika dikatakan maknanya adalah keberserahdirian. ‘Islam’ lah yang artinya berserah diri.

    Bersuluk, artinya ‘menempuh jalan’. Jalan yang dimaksud adalah jalan taubat [ingat asal kata ‘taubat’ adalah ‘taaba’, artinya ‘kembali’ (kepada Allah)], atau jalan ad-diin. ‘Suluk’ secara harfiah berarti ‘menempuh’, asalnya dari Q.S. 16:69, “Fasluki subula Rabbiki zululan,” …dan tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan.

    ‘Menempuh jalan suluk’ berarti memasuki sebuah disiplin selama seumur hidup untuk menyucikan qalb dibawah bimbingan seorang guru untuk belajar Al-Qur’an dan belajar agama, hingga ke tingkat hakikat dan makna agama, sedikit lebih dalam daripada melaksanakan syari’at saja tanpa berusaha memahami. Orang yang memasuki disiplin jalan suluk, disebut salik.

    Secara sederhana, bisa dikatakan bahwa bersuluk adalah ber-thariqah. Yang dilakukan, adalah setiap saat berusaha untuk menghadapkan qalb nya kepada Allah, tanpa pernah berhenti sesaat pun, sambil melaksanakan syari’at Islam sebagaimana yang dibawa Rasulullah saw. Amalannya adalah ibadah wajib dan sunnah sebaik-baiknya, dalam konteks ibadah sebaik-baiknya secara lahiriah maupun secara batiniah. Selain itu ada pula amalan-amalan tambahan bergantung pada apa yang paling sesuai bagi diri seseorang untuk mendekat kepada Allah. Dasar segala amalan adalah Al-Qur’an dan tuntunan Rasulullah, demikian pula amalan-amalan dalam suluk.

    Dimana? Dimanapun, kapanpun. Setiap saat, selama hidup hingga nafas terakhir kelak. Kenapa? Karena sebagian orang ingin memahami makna hidup, makna Al-Qur’an, ingin hidup tertuntun dan dalam bimbingan Allah setiap saat. Sebagian orang ingin memahami agama, bukan sekedar menghafal dalil-dalil beragama.

    Jadi, bersuluk kurang lebih adalah ber-Islam dengan sebaik-baiknya, memahami kenapa seseorang harus berserah diri (ber-Islam), mengetahui makna ‘berserah diri kepada Allah’ (bukan ‘pasrah’), dan berusaha mengetahui fungsi spesifik dirinya bagi Allah, untuk apa ia diciptakan-Nya.

    Sebagaimana sabda Rasulullah: Dari Imran ra, saya bertanya, “Ya Rasulullah, apa dasarnya amal orang yang beramal?” Rasulullah saw. menjawab, “Setiap orang dimudahkan mengerjakan sebagaimana dia telah diciptakan untuk (amal) itu.” (hadits riwayat Bukhari no. 2026).

    Juga, “…(Ya Rasulullah) apakah gunanya amal orang-orang yang beramal?” Beliau saw. menjawab, “Masing-masing bekerja sesuai dengan untuk apa dia diciptakan, atau menurut apa yang dimudahkan kepadanya.” (hadits riwayat Bukhari no. 1777).

  2. Assalamu`alaikum, Mas Herry
    mas Saya Mau Tanya Tentang ( Apa mas Herry Pernah dengar ISMU HIJRAH ) Kalau Memang Mas Herry Mengerti tolong kasih tau lebih detail, karena saya pernah mendapatkan ISMU HIJRAH Dari seorang guru dimana saya pernah mengaji
    terima kasih sebelumnya…
    Wassalamu`alaikum Wr.Wb

  3. Wa alaikum salaam, wr wb.

    Untuk mas Insan Kamil, mohon maaf saya tidak memahami sedikitpun tentang ‘ismu hijrah’, dan saya tidak punya info apapun tentang itu. Ismu hijrah itu apa ya?

    Salaam.

    [EDIT : 17 Juni 2006 ]

    Ismu hijrah, saya baru dikasih tahu teman saya. Ismu hijrah kata beliau adalah nama baru yang dipakai orang setelah dianggap ‘hijrah’ secara spiritual. Misalnya si Anton setelah mengikuti pengajian tertentu mengganti namanya menjadi Ibnu Jihad, dan sebagainya. Umumnya populer di kalangan harokah.

    Makasih mas N 🙂

  4. Assalamu`alaikum
    Maaf mas herry,mau tanya,saya sudah baca sinopsis buku guru sejati dan murid,tapi waktu saya coba cari ke toko buku saya tidak pernah menemukan buku tsb,kiranya mas Herry dapat membantu dimana saya bisa mendapatkan buku tsb.
    Terimakasih atas bantuannya.

  5. Wa alaikum salaam.

    Untuk Mas Agoenk, Kang Herry nya lagi sibuk banget. Saya aja yang jawab.

    Selama ini terjemahan buku tersebut hanye beredar di kalangan terbatas, karena adanya perjanjian dengan bmf.org. Seiring berjalannya waktu, dengan semakin banyaknya permintaan buku tersebut, PICTS mengajukan izin untuk menerbitkan buku tersebut.

    Kini agreement PICTS – bmf.org telah disepakati, dan buku tersebut saat ini sedang dalam proses redesign ulang untuk terbit. Silahkan menghubungi PICTS untuk memberitahukan di mana anda bisa dihubungi, sehingga ketika buku tersebut sudah beredar di toko buku mereka yang ingin diberitahu bisa dihubungi oleh PICTS.

  6. wah binun ne g mursyid hakiki , mursyid sejati ? mursyid palsu ada dong ? mursyid non hakiki ada jg ya ? tambah binun ..mending biasa biasa aja deh..yang wajar wajar aja..toh kita cm hamba / budak..biarlah kita kerjakan yang kita mampu sesuai dengan yang tlah dicontohkan rosulullah SAW ,makrifat itu urusan Allah SWT..makrifat tiap jiwa beda beda..biarlah Allah dan rosullnya yg membimbing..jng cari jalan pintas.. ah ..mana teman mana sahabat mana kawan mana lawan mana musuh ..semua serba samar sekarang..yang wajar wajar ajalah..
    wallahu’alam

  7. Belum. Bukunya sih sudah selesai sejak lama. Tapi kami terikat perjanjian hukum dengan penerbit aslinya untuk tidak mengedarkannya atau menjualnya di toko buku. Sejauh ini, kami hanya boleh mengedarkan secara internal di organisasi kami saja.

  8. wah, gimana ya? kalo saya umumkan di sini nanti saya dibilang mengedarkan….

    Tapi umumnya kalangan pengajian Yayasan Paramartha punya buku itu sih. Punya teman yang ikut?

  9. Saya belum ketemu teman yang ikut pengajian paramartha. Kemarin saya coba akses web nya paramatha…tapi koq nggak bisa?? Kalo nggak boleh diumumnkan disini via japri aza mas herry….

  10. Mas, buku ‘ guru sejati dan muridnya ‘ kalo emang ga di jual di toko buku, bisa nggak ditawarkan lewat email aja kepada yang berminat

  11. Sidi Ali Jamal dalam kitabnya The Meaning of Man berkata:

    ” Aku telah lama menunggu kedatangan seorang faqir sempurna, dimanakah dia, dimanakah aku menjumpainya ? ” Secara realitinya seorang Guru sejati akan digerakkan Allah Taala untuk menuangkan ilmu dan rahsia marifa ini kepada murid paling ikhlas dan paling bersedia dan paling mengenal akan ‘kewalian’ nya yang tersembunyi walaupun dia punyai ramai pengikut.
    Akhirnya, datang seorang faqir bernama Mulay al-Arabi Darqawi masuk ke zawiyanya di Fez sedang dia menyapu sampah dilaman. Mulay Darqawi berkata, ‘ Tuan bimbinglah tangan saya, saya mahu belajar”. Lalu beliau berkata. ” Siapa mahu ambil tangan saya ? Siapa mahu bimbing tangan ? Keluar, keluar..aku bukan pembimbing kamu . Tetapi setelah dihalau dua kali, kali ketiga Mulay Darqawi telah diterima dan dipeluk erat oleh gurunya, sambil menitiskan airmata. Katanya, ‘ Aku telah lama mencari seorang Shaykh yang kamil’. Dan jawapan Sidi Ali Jamal yang masyur adalah seperti diawal catatan ini.Ringkasnya, para Awliya atau Guru sejati akan dibuka oleh Allah jika tepat pada masa, tempat, persediaan, keikhlasan dan rahsia takdir yang dimiliki oleh sang murid. Ini bukan perkerjaan mudah. Yang dapat berjumpa dan kenal, kemudiannya jika tiba ribut fitnah dan ketamakan dunia, semuanya tercabut. Bau pun tiada tercium.Yang tinggal hanya puing-puing nama, label, pangkat dan ribuan pengikut serta zikir hebat ..sang faqir miskin tetap kaya walaupun tiada kitab, tiada website, tiada blog dan tiada uang atau ijazah tinggi.

  12. Salam’alaikum

    Sebelumnya kalo tidak salah mas Herry mengatakan kesaya bahwa buku ini akan dijual kepada umum sekitar bulan april.Apakah mas Herry mengetahui buku ini dijual ditoko buku mana saja?

    Terima kasih

  13. kang herry,

    website dari yayasan paramartha belum bisa diakses, jadi dimana buku diatas bisa didapat ?
    apakah hanya diedarkan di kalangan terbatas?
    bagaimana bila ada insan yang tertarik, tetapi susah mendapatkannya ?

  14. Assalamu’alaikum Wr, Wb
    Salam kenal..Perkenankan saya diberi nama Rahman. Saya sedang berproses untuk menjadi murid dari seorang biasa yang ucapan dan prilakunya lebih mirip seorang murshid. Saya ingin sharing dan berbagi pengalaman dengan Mas Herry. Sy sendiri sekarang sedang bertafakur bagaimana caranya lepas dari kenikmatan memikirkan dunia dan senantiasa merindu sang Kekasih. Mudah2an Mas Herry bisa berbagi. makasih
    Semoga Ia Yang Ada Dalam Banyak Menyatu. Amin

  15. Yth pak Herry, Wass

    Saya berkeinginan untuk dapat membeli buku GURU SEJATI DAN MURIDNYA , akan tetapi saya cari di tokjo buku ternyata tidak ditemukan. Mohon informasinya dimana saya bisa mendapatkan buku tersebut.

    Wass

    Agus Subrata

  16. Mas Herry,
    saya juga tertarik dengan buku ini, sama seperti yang lain.. kami menunggu info di mana sekiranya bisa mendapatkan buku ini.

    terima kasih sebelumnya:smile:

  17. Banyak yang mencari, namun merasa tak bertemu…
    aku terdiam, termenung tak menemukan jawaban…
    aku cari lagi, tetap tak bertemu…
    tersadar aku dari fikiran ini, ternyata aku mencari yang kugambar sendiri dengan fikiranku, jangan-jangan yang dicari tidak sama dengan gambar yang kubuat…
    aku menset kertas kosong, dan membiarkan yang digambar, menggambar sendiri, dan gambar-gambar itu ternyata tersebar dimana-mana…,
    namun aku gamang…, apa kualitas perbuatanku memenuhi persayaratan…akh…aku gamang… aku tak berbuat sehebat orang yang bersuluk, aku tak berbuat sehebat orang yang beribadah banyak-banyak sekali..
    dan akupun gamang…, lemah lunglai tak berdaya…kudapati diriku terpapah dalam genggaman kokoh sang pemapah agung…,tapi…apa yang kuperbuat…akh entahlah, yang terasa cinta semakin kuat, sehingga takut kehilangan…namun itupun tak selalu ada…kadang pergi..kadang datang…membuatku terus meratap…siapa aku…apakah aku nyata…, entahlah …gamang…

  18. Assalamu`alaikum
    Mas Herry…. saya memahami untuk peredaran buku ini, tetapi jika memang saya bisa mendapatkan buku ini melalui jalur yg telah ditetapkan, kiranya Mas Hery bisa akses ke alamat e-mail saya Terimkasih:cool:

  19. Mas Herry, bagaimana saya bisa mendapatkan buku ini.
    buku ini sangat berati buat saya, untuk menambah ilmu pengetahuan saya dan menambah rasa percaya diri saya dalam beragama.
    Tolong Mas Herry
    Saya tunggu balasannya, baik melalui emai saya ataupun dengan menghubungi nomor tilp saya 0815 10887881
    Maturnuwun sebelumnya.

  20. Assl Wr Wb

    Alhamdulillah, buku tersebut sudah dalam proses percetakan. Jika ingin pesan dulu silahkan langsung ke Nanang “Apuy” Sobari, klik saja

    Toko Buku Apuy

    Kalau mau ke toko buku, mungkin baru akhir bulan maret masuk jalur distribusi buku yang normal.

    Hanya dicetak terbatas. Maklum modalnya terbatas 🙂

    P. S. Baru keluar percetakan pertengahan februari, ya.

  21. Buat Mas Herry dan kaum muslimin.
    Saya sekarang sedang belajar membuat blog yang berisi tentang Ilmu-ilmu Islam dari mulai Fiqih, Tauhid dan Tasawuf. Tulisan yang ada di blog saya berasal dari Guru saya.
    Silakan berkunjung. Saya menantikan kritik dan saran.
    Terima kasih.
    qolbiah.blogspot.com
    🙂

  22. Assalamualaikum wr. wb
    Mas Herry, seperti yang pernah disampaikan lewat tilp. kepada saya, bahwa untuk memiliki buku ini harus pesan. tetapi saya sudah berulangkali tilp. tidak pernah diangkat, ini kenapa?

    Mas Herry, kalau tidak keberatan saya pesan lewat Mas Herry, mungkin bisa lebih cepat dan ini alama tilp. saya 0815 10887XXX.

    Mas Herry, saya tunggu kabarnya (berapa Harganya).

    Wassalammualaikum wr.wb.

  23. # Marutto, alamat e-mail yang anda cantumkan dikatakan yahoo sebagai “Delivery to the following recipient failed permanently”. Saya tidak bisa mengirim ke mail tersebut. Punya alamat lain?

  24. Assalammualaikum wr.wb

    Mas Herry, terimakasih atas informasi mengenai buku GS & M, dan saya sudah menghubungi Bpk. Apuy, semua sudah seperti yang saya harapkan, sekali lagi terimaksih atas kerjasamanya.

    Mas Herry, mengenai alamat email marutto kalau memang tidak bisa di akses, saya mohon maaf. Dan ini alamat email saya yang lain:
    kepalajendral@yahoo.com

    Mas Herry sebenarnya masih banyak yang ingin saya tanyakan, tetapi, rasanya akan lebih gamlang kalau saya bisa secara langsung bertemu dengan Mas Herry.

    Mas Herry, terimakasih.
    Saya tunggu kabar selanjutnya.

    Wassalammualaikum Wr. wb.

  25. Assalamualaikum wr.wb

    Mas Herry, bagaimana kalau sekali sekali kita adakan pertemuan dengan para pembaca blog suluk ini. Saya rasa banyak yang akan hadir, apalagi kalau Mas Herry yang punya hajad.

    Pripun Mas Herry…?

    Wassalammualaikum wr. wb

  26. buat sahabat sahabat yang di makassar yang ingin memiliki buku tersebut silahkan kontak kajian bina qalbu makassar kontak person pak salim 0811444723

  27. asalamualikum saudara herry,

    shukur saya kepada tuhan telah dilahirkan dalam keluarga yang sudah diilhamkan iaitu ISLAM yang dinyatakan oleh mbahku iaitu ISLAM Universal(WADHI). Yang bermaksud amat berbeda sekali dengan Agama Islam dan yang sudah ujud sebelum ada agama-agama lain. Bermula dengan pengenalan ‘Alif’ yang tidak ada penghabisannya…syukur saya sedikit sebanyak curi-curi dengar apa yang dibilang oleh Orang Tua (bukan orang-orang tua) amat mengejutkan saya hingga saya tidak mampu untuk menyatakan sekarang, dikhuatiri disalah anggap oleh umat. Cuma ada kata-kata ingin saya pinjamkan iaitu mengenal diri ibarat tubuh yang dipisah kepada 4 iaitu Orang Yang Biasa kepada Orang kepada Insan dan terakhir kepada MANUSIA (jangan dibilang seseorang itu MANUSIA kerana amat susah ingin mencapai taraf itu dong…):grin:

  28. menarik sekali kalau kita membahas guru sejati. saya teringat kisah bima mencari ma-ul hayat. diakhir perjalanannya ia menemukan dewa ruci, (yang ternyata adalah sejatinya). sampai dimanakah perjalanan kita sat ini? masihkah kita mempermasalahkan ‘jalan’ orang lain? hakekatnya kita belum sampai pada ‘tujuan’!:mrgreen:

  29. aku sekarang adalah seorang yg sedang berlatih suluk dan memang jalan untuk kembali padaNya sangatlah terjal dan bergelombang ,kuncinya katanya jangan pernah berputus asa….

  30. dgn mengenal bagian2 diri kita juga akan mengenal -NYA
    raga pinjaman,nyawa titipan.
    trus kita ini siapa….?????
    kita tiada.
    yang ada cuma DIA

  31. apakah makna nya apabila suatu ketika aku melihat suatu titik cahaya dan kemudian nya dia masuk ikut umbun umbun ku , terasa sejuk sekali dan selepas itu aku terasa bahang sekiranya aku di dalam rumah tetapi sekiranya aku berada di bawah pokok hijau aku akan selesa sehingga beberapa hari. dan aku pun duduk lah di situ beberapa hari. aku insan jahil dan semasa aku di situ hanya surah al fatihah yang dapat menenangkan aku. aku rasa aku tidak tidur sekejip pun lebeh kurang 7 hari aku makan minum tetapi sekadarnya mengisi perut. adakah aku telah melalui suluk. aku yan jahat jahil serta bodoh terlalu kerdil pula di hadapan Allah.

  32. mas harry salam sungkemku kanggem jenengan yang telah menunjukan saya pada hidayahnya. Saya seorang pencari tuhan yang baru faham akan arti ketuhanan. namun saya telah lama meninggalkan ibadah ritul baik wajib maupun sunnah. apakah saya perlu mursyid untuk menuju suluk. atau saya lanjutkan lakon ini….
    mohon untuk jawaban

    al fakir
    azia

  33. Bahkan sang Harry pun lebih memilih berdiam diri untuk memberikan jawaban pertanyaan yg belum menjadi haknya untuk menjawab,,,,betapa kerendahan hati yg mulia dari seorang salik,,,salam,salam,salam

  34. @Ahmad Zainul Ihsan:

    Salam sungkem balik 🙂

    Setelah lama meninggalkan ibadah sunnah maupun wajib, apakah masih ada sebersit kerinduan untuk mengabdi dan tunduk pada Allah ta’ala? Apa ada sedikit rasa ‘nelangsa’ ketika melihat orang melakukan shalat dengan khusyuk? Rindu ingin bisa begitu juga?

    Kalau ya: artinya masih ada. Biar setitik pun, ada.

    Allah sendiri yang menjaga setitik cahaya kerinduan itu di hati sampiyan. Jagalah cahaya itu. Syukuri dengan menyikapinya. Kembalilah mengerjakan apa yang Dia perintahkan untuk kita jalankan, sebelum Dia mengambil kembali cahaya-Nya itu. Jadikan kerinduan itu bahan baku kita untuk ibadah. Karena pada dasarnya, ibadah tidak bisa dipaksa.

    Ketika Dia berkehendak untuk menarik kita mendekat kepada-Nya, ada dua cara: kita mendekat dengan sukarela, atau kita terpaksa ‘diseret’-Nya ke dalam ampunan serta rahmat-Nya dengan rantai ujian dan cambuk penderitaan, yang pasti–tidak bisa tidak–akan membuahkan sebuah permohonan tolong dan ampun dengan jujur, dari dasar hati kita yang terdalam. Kalau saya, saya cenderung memilih jalan sukarela.

    Ada tak terhingga cara untuk kembali kepada-Nya. Tapi suka atau tidak, kita dijadikan-Nya sebagai ummat Muhammad SAW. Karena Muhammad SAW adalah pemegang kunci pintu menuju-Nya di periode ini, maka suka atau tidak, cara kembalinya kita harus ada dalam ruang lingkup ajaran Beliau SAW. Percayalah, cepat atau lambat kita akan melalui jalan Beliau SAW, meski bisa jadi, saat ini masih enggan.

    Berdoalah, mohonlah sepenuh hati, untuk dibuat-Nya memahami, walaupun sekarang masih belum melakukan ibadah. Dia mendengar permohonan semua orang, bukan hanya mendengar orang yang beribadah saja. Namun hanya permohonan sepenuh hati lah yang diutamakan-Nya. Ia sungguh-sungguh mendengar mereka yang butuh kepada-Nya dengan jujur, bukan hanya di mulut saja.

    Seorang mursyid yang benar hanya merupakan perpanjangan tangan Rasulullah SAW. Bertemu mursyid pun, pada dasarnya yang ia lakukan hanya mengembalikan kita ke jalan Muhammad SAW, tapi dengan penyesuaian-penyesuaian yang spesifik untuk diri anda pribadi.

    Apa tujuan semua ritual itu? Untuk apa? Pada dasarnya, untuk membersihkan hati, menundukkan sifat-sifat jasadi, dan membuka pintu ‘keterhubungan’ dengan Allah ta’ala. Mungkin sekarang belum terasa, dan kata-kata ini belum terasa benarnya. Tapi setidaknya cobalah belajar membedakan masa-masa sebelum kita melakukan ibadah, dan ketika melakukannya–dengan hati–.

    Kalau sudah terasa ‘enaknya’ dan manfaatnya, barulah kita susah untuk tidak ibadah. Tapi, kalau tidak–dengan hati yang menghadap pada Allah–, ibadah atau tidak, sama saja. Tak ada bedanya.

    Semoga membantu.

    @Kang Ncep:

    Wa Salaam. Terima kasih banyak atas pemberitahuannya.

    P.S. : Saya posting jawaban ini di sini ya:
    http://suluk.blogsome.com/2010/03/10/sudah-lama-tidak-ibadah/

  35. Apakah ada yang menginginkan buku senafas “Guru Sejati dan muridnya” dalam versi yang berbeda dengan essensi yang sama? Silahkan sms permintaan ke 08176893113. Akan dikirimkan dengan cuma-cuma (100% GRATIS). Semoga bermanfaat. Terimakasih.

  36. Ajaran sejati bukan suatu agama tertentu, juga tidak mengajar orang untuk berganti agama. Agama berarti sesuatu yang menyatukan kita dengan Tuhan. Setelah jangka waktu tertentu, kita melupakan ajaran yang sejati dan lebih mementingkan ritual, uapacara dan dogma-dogma, dan kita kemudian mejadi budak-budaknya. Setelah itu, yang tersisa dalam nama agama hanyalah pengumpulan umat dan penggalangan dana.
    Kerohanian yang melandasi agama-agama adalah sama. Bila kita melakukan penelitian dengan hati terbuka; kita boleh meneliti ajaran para Suci manapun, dari tempat manapun; kita pasti akan menemukan bahwa mereka semua telah mengkhotbahkan Kebenaran rohani yang sama.
    Jadi, kita berkepentingan dengan Kebenaran rohani yang sama itu, yang merupakan warisan semua manusia.
    Para Suci dapat datang dalam agama apa saja, negara apa saja, dalam ZAMAN APA SAJA. Mereka selalu mengkhotnahkan Kebenaran sederhana yang sama; namun malangnya, setelah mereka pergi, para pengikut mereka kemudian menafsirkan ajaran mereka menurut cara mereka sendiri dan berusaha untuk mengikat mereka dalam suatu bentuk organisasi. Akibatnya, yang tersisa bagi mereka hanyalah ritual dan upacara dan mereka melupakan ajaran yang sejati dari para Suci.
    Kemudian, seorang Suci lain muncul di tempat lain dan menghidupkan kembali ajaran lama yang sama.

Leave a reply to Sidi Om Cancel reply