Allah Tidak Mengubah Keadaan Suatu Kaum Sampai Mereka…?

SALAH SATU penggalan ayat yang paling aneh dan janggal buat saya, adalah Qur’an Ar-Ra’d : 11, yang kerap diterjemahkan,

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” Q. S. [13] : 11

Di ayat itu sangat janggal: usaha sendiri lebih dominan daripada kehendak Dia yang Mahakuasa. Di mana peran Allahnya, kalau begitu? Kita hanya mengubah diri sendiri saja, cukup. Pasti berhasil. Allah sih ngikutin aja.

Di sisi lain, ada hadits riwayat muslim,

“Sesungguhnya Tuhanku berkata padaku: Wahai Muhammad! Sesungguhnya Aku kalau sudah menentukan sesuatu maka tiada seorang pun yang sanggup menolaknya”. (H. R. Muslim).

Di hadits ini, jelas ‘dominasi’ Dia. Keperkasaan Dia, Dia yang tak bisa diganggu gugat. Kok, nggak klop?

Sampai suatu hari, saya dan teman-teman diajari membongkar ayat tersebut oleh guru saya. Ayat aslinya adalah,

“Innallaha la yughayyiru ma bi qoumin, hatta yughayyiru ma bi anfusihim.”

Terjemahan real-nya, bukan interpretatif, adalah:

“Sesungguhnya Allah tidak merubah ‘apa-apa/keadaan yang ada pada suatu kaum’ (ma bi qoumin), hingga mereka mengubah apa-apa/keadaan yang ada pada jiwa-jiwa mereka (ma bi anfusihim).’

Itulah masalahnya. Terjemahannya. ‘Apa-apa yang ada/keadaan yang ada pada jiwa-jiwa mereka’, diterjemahkan jadi ‘keadaan diri mereka sendiri’.

Itulah sebabnya, pemahamannya jadi, ‘kalau saya mengubah diri, maka saya bisa!’. Padahal artinya adalah, ‘Kalau saya mengubah jiwa saya, maka Allah pun akan memperbaiki keadaan/kondisi saya’.

Nafs, adalah ‘jiwa’. Jamaknya, anfus. Jiwa-jiwa.

Apa itu ‘apa-apa yang ada pada jiwa’, atau ‘keadaan jiwa’ yang harus diubah, sehingga Allah berkenan mengangkat kita?

Apa-apa yang ada pada/bersama jiwa (bi anfus), adalah hawa nafsu.

Keadaan jiwa, adalah jiwa yang masih dalam tingkat keadaan ‘jiwa yang mengajak pada keburukan’ (nafs ammarah bis su’) atau ‘jiwa yang terombang ambing antara perbuatan dan penyesalan’ (nafs lawwamah), diangkat naik menjadi jiwa yang tinggi, jiwa yang tenang (nafs mutma’innah).

Nah. Sejak itu, ayat itu jadi makes sense. Klop. Kalau kita memperbaiki kondisi jiwa kita dan hawa nafsu kita, tentu saja Allah akan memperbaiki kita sebagai insan. Pendeknya, kalau kita mau berubah, kita cukup berurusan dengan hawa nafsu kita, dan Allah akan memperbaiki seluruh semesta insan kita yang lainnya. Lahir dan batin. Just change your hawwa-nafs, and He would take care of all others.

Eureka, deh. Malah semakin terlihat betapa Maha Pemurahnya Allah pada hamba-hamba yang bertaubat, kan?

Terjemahan bahasa Inggris malah agak lebih pas: //”Indeed, Allah will not change the condition of a people until they change what is in themselves.”//

Nah. Change ‘what is in themselves’.

Jadi, sekali lagi, arti ayat itu bukan, ‘kita usaha, maka kita bisa’. Makna yang ‘meleset’ ini biasanya cenderung dieksploitasi secara tidak pada tempatnya, seperti untuk keuntungan-keuntungan jangka pendek. Tapi, maksud ayat itu adalah ‘ubahlah kondisi jiwa kita (agar tidak lagi terbelenggu hawa nafsu), maka Allah akan mengubah keadaan kita’.

Selamat hari Jumat.

21 thoughts on “Allah Tidak Mengubah Keadaan Suatu Kaum Sampai Mereka…?

  1. Sebelumnya terimakasih sudah berbagi informasi, mas… Saya mau tanya, ketika pada saat proses pembenahan diri, untuk seusia saya ini yang masih 18 tahun, apakah mungkin terlalu dini untuk melakukannya, atau memang ini lah saat yang tepat untuk mengasahnya.

    Dari saya, salam mi’raj……..

  2. “Apa-apa yang ada pada/bersama jiwa (bi anfus), adalah hawa nafsu”.
    Kenapa tidak diartikan Nafs sebagai diri/diri sejati, sehingga apa apa yg ada dlm nafs adalah diri diri kita (anfusihim) sendiri. Menemukan diri kita sendiri.

  3. Assalamualaikum mas Herry, lama sy tdk membaca tulisannnya. Seperti … sdh lama tdk makan makanan lezat. Terima kasih sdh berbagi nikmat dg racikannya yg “berselera”.

  4. Manusia yg di berikan akal pasti akan menemukan jalany, sunatullah adalah ketetapan allah, tetapi kita masih banyak hijab menuju kebenaran itu, lupa, terlena, dan kekotoran hati yang membuat kita terhijab untuk melihat kebenaran jalan yang di tempuh oleh setiap mahluk, dan dalam kesalahan dan kebenaran itulah kita akan mendptkn balasany/keputusanya dalam kebesaran dan kekuasaanya.

  5. Subhanallaah. Interpretasinya dalam banget. Memang betul seperti itu. Konsep ini bahkan diadopsi oleh pemikiran2 barat. Salah satunya konsep LOA (law of attraction). Apa yang paling sering Anda pikirkan dan vibrasikan, itulah yang akan Anda dapatkan. Ubah keadaan jiwa ke hal2 positif, maka positif pula hasil yang akan didapatkan. Konsep hypnosis dan NLP juga demikian. Butuh beberapa artikel untuk menjelaskannya. Peacee…

  6. Saya mendapat pengertian tentang terjemahan ayat tsb dari guru saya adalah..bhw kata atau kalimat tidak mempunyai makna yg pasti.. tergantung bayang2 kata atau kalimat sebelumnya dan sesudahnya, dan coba lihat lanjutan ayatnya “Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” kemudian beliau menerangkan bhw kata “hatta” tidak selalu ” sehingga”, dan disini bermakna ” sekalipun”.. Dgn demikian klop sudah bhw Allah SWT adalah yg Maha menentukan dan kita tdk bisa berbuat apa2 kecuali atas izin Allah…

  7. Makhluk tidak ada kuasa sedikitpun..
    Maksud ayat tersebut dalam kitab tafsir jalalain adalah
    ” Dia tidak mencabut dari mereka nikmat-Nya (sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri) dari keadaan yang baik dengan melakukan perbuatan durhaka..

  8. Salam mas herry, artikelnya bagus nih, karena kita sering tidak tahu cara merubah hidup kita, kalau boleh saya ingin copas beberapa artikelnya untuk blog saya sendiri, terima kasih, salam…:)

  9. Selalu tulus ikhlas, jauhi iri dengki, sirik, fitnah, sabar, tawakal, mau belajar untuk lebih maju, ringan tangan,,, dan mungkin Allah juga kurang berkenan bila waktu hidupnya lebih banyak tersita urusan akherat, krn sebagai manusia tanggung jawab kita di dunia ini juga besar, seimbangkanlah, Allah maha segalanya tidak pernah gila hormat, pujian dll, …bila kita bisa melalui ini semua niscaya Allah akan meningkatkan derajad kita se tinggi2 nya sesuai dengan apa yg telah kita perbuat.

  10. Assalamu’alaikum
    Kang Herry kapan nulis artikel lagi saya sebagai pembaca artikel nya sudah lama menanti tulisan kang herry……..@masih menunggu

Leave a comment